Jawaban atas Kebutuhan Mahasiswa Psikologi Dalam Berorganisasi dI HMI
Maulana Ichsan Asy’ari
(Ketua Umum HmI Komisariat Psikologi Universitas Islam Bandung)
Lapmi Bandung-Sudah sewajarnya sebuah organisasi menghadapi
permasalahan-permasalahan besar dalam perjuangannya. Termasuk organisasi sebesar
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Setelah 71 tahun berpartisipasi aktif untuk
umat dan bangsa, baru periode ini HmI membuat resah. Mengapa demikian?
Dalam sejarah perjuangannya HMI melahirkan para pemimpin besar dan
kompeten dibidangnya. Seperti Nurcholis Majdid, Akbar Tanjung, Mahfud MD, Anas
Urbaningrum, dan lainnya. Mereka semua telah berkontribusi nyata untuk kemajuan
umat, bangsa, dan negara pada masa masing-masing bahkan hingga saat ini.
HMI dipimpin bergantian dari generasi ke generasi, dan sejak awal
didirikannya pada 1947 telah banyal hal yang diperbuat sehingga dapat kita
saksikan dalam lembaran-lembaran perjuangan. Mulai perjuangan fisik saat
terjadi pemberontakan PKI hingga saat fase reformasi HMI tumbuh dan berkembang
atas perjuangan didalamnya.
Pada masa-masa itu HMI tampil sangat natural dan apa adanya sesuai
dengan khittahnya. Sangat jauh dari unsur-unsur rekayasa kekuasaan politik yang
konotasinya mengarah pada kepentingan pribadi, keluarga, atau golongan.
Semuanya demi umat dan bangsa, sehingga penilaian HMI saat itu lebih cenderung
positif dalam berbagai ukuran dan penilaian.
Pada zaman yang modern ini HMI yang didesain untuk menciptakan
insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam serta bertanggung
jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT, harus
menyadari untuk segera merubah paradigmanya, yaitu : ideologis dan
profesionalisma. Untuk itu, HMI harus mampu mengaktualisasikan tujuannya sesuai
dengan kebutuhan zaman di samping mampu menciptakan instrumen-instrumen
penunjang lainnya.
Sehubungan dengan paradigma profesionalisme, ada tiga hal yang
perlu dibangun dan dibenahi. Yaitu bagaimana kader HMI mampu menguasai secara
mendalam ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki keterampilan atau soft
skill yang dibituhkan oleh zamannya. Kaitannya dengan alih paradigma ini, maka
Lembaga Pengembangan Profesi (LPP) dalam HMI harus diperkuat karena LPP mampu
mewadahi dan mengarahkan berbagai minat mahasiswa menjadi tenaga-tenaga
terampil yang siap berkompetisi dalam setiap medan dan tantangan guna mewujudkan tujuan HMI itu
sendiri. Hal tersebut diperkuat dengan landasan pedoman perkaderan HMI dalam
bagian muatan perkaderan yang berbicara tentang muatan skill-profesionalitas.
Dalam muatan tersebut HMI bertujuan membina dan membentuk kader yang mempunyai
pengetahuan praktis yang mampu membekali kader guna mengembangkan profesi
secara profesional yang berdaya bagi pengembangan organisasi dan masa depan
pribadi kader.
Secara umum LPP merupakan lembaga kekaryaan yang memiliki orientasi
khusus, masing-masing dari profesi kekaryaan tersebut juga merupakan kebutuhan
mendasar setiap kader dalam menjawab kondisi keumatan dan kebangsaan dari
berbagai aspek kehidupan sosial. Sebagai kader biasa yang juga berproses di
himpunan ini, penulis selalu membayangkan ketika kader HMI khususnya yang
berasal dari fakultas atau jurusan psikologi yang masih berproses dalam
himpunan terutama dalam tingkatan komisariat sudah sepatutnya dibentuk sebuah
lembaga yang mampu memfasilitasi bidang psikologi yang mampu menunjang
nilai-nilai akademis maupun ranah profesi hal tersebut bukan semata tanpa
landasan yang jelas karena profesi psikolog tidak termasuk kedalam profesi yang
masuk dalam bidang kesehatan sesuai dengan UU No. 36 Th 2009 tentang Kesehatan meskipun dalam himpunan kita sudah ada LKMI
yang mewadahi bagi kader kesehatan untuk bisa mengaktualisasikan dirinya.
Perlunya dibentuk LPP khusus Lembaga Psikologi Mahasiswa Islam
(LAPSIMI) yang mewadahi minat dan potensi kader psikologi juga tentunya akan
menjadi batu loncatan dalam proses regenerasi kader atau proses perkaderan yang
mana setelah perjalanan penulis ketika bersilaturahmi dengan beberapa pengurus
HMI Komisariat psikologi di luar Kota Bandung terdapat kesimpulan yang sama
yaitu kurangnya HMI menjawab kebutuhan terhadap bidang psikologi dan kurangnya
juga minat dari kader psikologi yang sudah berproses lebih dahulu untuk lebih
mengedepankan prospek politik semata melalui dinamika perkaderan yang terbangun
selama ini dalam tubuh himpunan sesuai dengan tulisan yang berjudul “Masihkah
Diperlukan LPP di HMI?” yang dimuat di Independensi.id pada tanggal 14 Desember
2016 oleh Muhammad Shofa selaku Direktur Bakornas LAPMI PB HMI.
Jawaban atas Kebutuhan Mahasiswa Psikologi Dalam Berorganisasi dI HMI
Reviewed by Unknown
on
1/21/2018
Rating:
Tidak ada komentar