Bercinta atau Beroganisasi
Lapmi Bandung, Artikel- Sejatinya hidup tanpa cinta, bagai taman tak berunga !
Sejatinya hidup tanpa
cinta, bagai lautan tak berpenghuni !
Sejatinya hidup tanpa
cinta, bagai sayur tanpa garam. Hampa !
Sejatinya Organisasi tanpa
cinta, hanyalah perkumpulan biasa !
Sejatinya Organisasi
tanpa cinta, Orasi tanpa makna !
Sejatinya Organisasi
tanpa cinta, gerakan tanpa tujuan !
Cinta, ialah rasa yang tak pernah
diketahui bentuknya. Jauh dari itu adalah tindakan penuh rasa. Cinta, ketika
kau merasa sedih, akupun demikian. Ketika aku senang, kau pun merasakan. Begitu
apa yang dikatakan Kahlil Gibran pujangga dengan Sayap-sayap Patah-nya,
menggemparkan seluruh cinta dilapisan muka bumi.
Demikian dijaman yang modern hari
ini, kemasan cinta tertuang dalam berbagai bentuk yang sangat menarik. Dari
yang biasa saja, hingga yang paling ekstrim, menuangkan cinta dalam pergerakan
organisasi. Kecintaan selalu tumbuh dimana saja, tak tau tempat, ketika ingin
hinggap dan menetap disana cinta berkuasa. Cinta pun mempunyai suatu batasan,
suatu pegangan atau kisah percintaan dalam setiap perjalanan. Untuk kali ini
penulis akan membahas kemasan cinta dalam organisasi.
Di era modern ini, ketakutan mahasiwa
untuk berorganisasi menjadi tantangan terbesar dalam kemajuan suatu organisasi.
Momok organisasi dalam pandangan mahasiswa begitu sangat menakutkan,
membosankan, mengerikan, dengan dibenturkan pada tuntutan orang tua agar segera
menyelesaikan kuliah tepat waktu. Namun dalam hal ini, tidak kah kita berpikir
bahwa organisasi sangat penting bagi mahasiswa. Sebagai suatu proses dalam
rangka menyambut hidup yang sesungguhnya, dunia kerja.
Dalam hal ini, dengan melakukan
kajian mendalam tidak kah kita menghiasi suatu organisasi dengan cinta dan
penuangan penuh rasa. Terkadang aura semangat organisasi selalu ada dibawah
tekanan aura percintaan. Bukan tidak boleh, hanya saja cinta selalu tidak tau
tempat. Permasalahan cinta selalu dibawa ke dalam ranah organisasi yang memang
akan berpengaruh pada kemajuan organisasi. Ini pun harus menjadi titik fokus
pengakajian Organisator sejati, bahwa kemasan organisasi harus sedikit seksi.
Suara lantang, orasi menggebu, tidaklah membangun semangat mahasiswa untuk
berorgansiasi, membangun negeri , belajar bersama, membangun silaturahmi dalam
organisasi.
Berbagai tujuan mahasiswa masuk
keanggotaan dalam organisasi, ada berdasarkan keinginan sendiri, ajakan teman,
ajakan kerabat hingga karena cinta. Bukan kah selayaknya kita bersyukur,
ditengah krisis minat mahasiswa untuk berorganisasi, namun masih ada mahasiswa
yang tertarik dengan organisasi sekalipun itu karena cinta. Dalam hal ini peran
organisator terbaikn sangatlah penting,
dimana ia mampu mengemas suatu organisasi serenyah cinta, berbunga dan
bahagia.
Aura cinta ini yang seharusnya
dimanfaatkan oleh organisator, dalam rangka memajukan suatu organisasi ditengah
zaman krisis minat mahasiswa dalam keanggotaan organisasi. Kemasan organisasi untuk
hari ini ialah tiada lain, untuk merubah momok organisasi dalam pandangan mahasiwa
yang begitu mengerikan. Peluang besar seorang organisator ialah ada pada
persoalan cinta dalam organisasi, bagaimana mengemasnya dengan baik, sedikit
demi sedikit merubah pandangan mahasiswa mengenai organisasi yang mengerikan.
Ternyata mengasikan seperti persoalan percintaan.
Rasa depresi sering kali hinggap,
rasa bosan sering kali datang, sekalipun itu ada pada Organisator sejati,
karena ini persoalan manusiawi. Persoalan ini sering kali keluar dalam koridor
organisasi, ini menjadi pokok permasalahan yang sering kali dihadapi dalam
suatu organisasi. Dalam hal ini, seorang organisator dapat meluapkan seluruh
keluh-kesah mengenai kemajuan organisasi
kepada cinta. Mendudukan persoalan cinta dengan bijaksana adalah keharusan,
tidak lantas karena persoalan cinta dapat menghambat kemajuan suatu organisasi.
Rasa lelah, cape dalam rangka
memajukan suatu organisasi sebaiknya dituangkan dalam cinta. Begitupun
sebaliknya, rasa bosan dalam percintaan sebaiknya dituangkan dalam organisasi.
Di zaman yang modern ini, kemasan organisasi seharusnya dikemas serenyah
mungkin seperti menelan aroma cinta.
Penulis,
Adhi Kuntul, Mahasiswa
Universitas Pasundan Bandung
Bercinta atau Beroganisasi
Reviewed by Unknown
on
3/19/2017
Rating:
Tidak ada komentar